oleh

Parosil Mabsus Himpun Adat Empat Kepaksian Sekala Bekhak

Harianpilar.com, Lampung Barat – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat (Lambar) menggelar Himpun Adat Sai Batin Paksi atau dikenal dengan Musyawarah Agung bersama empat kerajaan adat Paksi Pak Sekala Bekhak dan masyarakat adat Marga Liwa yang ada di Lambar.

Empat kerajaan (kepaksian) ini diantaranya, Saibatin Kepaksian Pernong, Kepaksian Buay Bejalan Diway, Kepaksian Buay Belunguh dan Kepaksian Nyerupa.

Himpun adat ini merupakan agenda rutin yang dilakukan setiap tahunnya oleh Pemkab Lampung Barat dengan para tokoh adat Lampung yang ditujukan untuk melestarikan budaya serta segala tati-titi dalam adat istiadat Saibatin, yang dilaksanakan di lamban (rumah) dinas bupati Lampung Barat, Rabu (23/11).

Ke empat sultan kepaksian ini di antaranya, SPBD Edward Syah Pernong yang merupakan Sultan Sekala Bekhak yang dipertuan ke-23 dalam hal ini diwakilkan oleh anak sembahan dr. Kurniawan Widyatmoko dari Kepaksian Pernong.

Kemudian SPBD Selayar Akbar Puspa Negara Sultan Sekala Bekhak ke-XX Sultan Jaya Kesuma ke-IV dari Kepaksian Bejalan Diway.

Selanjutnya SPBD Yanuar Firmansyah Sultan Junjungan Sakti dari Kepaksian Buay Belunguh dan SPBD Salman Parsi Sultan Piekulun Jayadiningrat dari Kepaksian Nyerupa.

Sementara dari Pemkab Lampung Barat, hadir Bupati Lampung Barat Hi. Parosil Mabsus dan Wakilnya Drs. Mas Hasnurin (PM), sejumlah kepala perangkat daerah serta para camat.

Selaku kepala daerah, Bupati Lampung Barat Hi. Parosil Mabsus, mengucapkan terima kasih kepada empat Kepaksian Sekala Bekhak serta para masyarakat adat Marga Liwa yang sampai saat ini masih menjaga kekentalan adat istiadat yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat.

Dengan terjaganya adat istiadat ini, Parosil beralasan hal itu tentunya berdampak pada keharmonisan antar budaya dan antar suku yang ada di Lampung Barat.

“Karena tidak dipungkiri, keberagaman dan keanekaragaman yang timbul hari ini berkat adanya saling menghormati, menghargai, memberi spirit serta dukungan, yang masing-masing dari kepaksian dan Marga Liwa saling mengawasi,” ujar Parosil.

Sebagai bentuk apresiasi, Parosil meminta pelestarian adat istiadat di Lampung Barat didukung dan dibantu dengan adanya anggaran biaya melalui APBD.

Sebab tak ayal, dari keberagaman dan kekayaan adat istiadat di Lampung Barat dapat menjadi contoh serta menjadi icon kebanggaan yang dimiliki Provinsi Lampung. Terlebih, ke depan diharapkan dapat menjadi contoh di tingkat nasional.

Parosil menyatakan, fungsi adat ialah untuk membentuk karakter masyarkat yang ditujukan untuk saling memayungi, mengayomi dan melindungi seluruh golongan.

Mengetahui peran penting dari sebuah adat istiadat, hal itulah yang menjadikan Parosil beralasan untuk membangun Gedung Budaya dengan nama “Lamban Pancasila” yang telah selesai pembangunannya pada tahun 2022 ini.

Rencananya, lamban pancasila itu akan diresmikan oleh kepala Kepala BKKBN pusat, dr.Hasto Wardoyo, pada 24 September besok hari yang berlokasi di komplek perkantoran Pemerintah Daerah (Pemda) Lampung Barat.

Dipastikan, lamban Pancasila ini akan menjadi satu di antara icon kebanggaan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat. Sebab, arsitektur dari bangunan Lamban Pancasila ini sendiri mengadopsi dari unsur empat Kepaksian yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat.

“Lamban Pancasila menjadi icon dan simbol, bahwa empat kepaksian ini mampu mengayomi masyarakat yang berdomisi ataupun yang bekerja di Lampung Barat,” kata Parosil.

Mengakhiri kata sambutannya, Parosil meminta keempat Kepaksian ini dapat selalu menjaga persatuan dan kesatuan beguai jejama bebakhong (bergotong royong bersama) bersama adat istiadat dan organisasi-organisasi yang ada di Kabupaten Lampung Barat. (*).