Harianpilar.com, Bandarlampung – Mencuatnya masalah kinerja Bank Lampung yang jeblok dan kala bersaing dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) seperti Bank Eka dan Bank Pasar mulai berdampak pada para petinggi Bank Lampung. Sebab kini muncul desakan dari para pemegang saham untuk dilakukan perombakan total di jajaran direksi Bank Lampung.
Wacana perombakan para petinggi Bank Lampung sejatinya sudah mulai bergulir di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) Bank Lampung belum lama ini, kini wacana tersebut makin menguat.
Perombakan total jajaran Direksi Bank Lampung dinilai sudah sangat mendesak dilakukan demi menyelamatkan Bank Lampung dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya kedepan.
“Kinerja Direksi Bank Lampung saat ini menurut saya bukan lagi menurun tapi jeblok. Masak bisa kalah dengan BPR seperti Bank Eka dan Bank Pasar. Ini jelas sangat mengecewakan,” tegas Bupati Lampung Tengah, Mustafa, pada Harian Pilar, baru-baru ini.
Untuk itu, lanjutnya, para pemegang saham harus mempertimbangkan untuk dilakukan perubahan manajemen. “Menurut saya perlu dilakukan perombakan ditubuh Direksi Bank Lampung agar ada perbaikan. Jika ini dibiarkan tanpa perubahan maka kondisi Bank Lampung akan semakin terpuruk,” tegas Ketua DPW Partai Nasdem Provinsi Lampung ini.
Namun, lanjutnya, dalam melakukan perombakan direksi Bank Lampung itu harus dilakukan fir and propertest yang baik, benar dan transparan demi menghasilkan SDM yang mumpuni.
Bahkan, Mustafa menyarankan agar Direksi Bank Lampung kedepan lebih didominasi orang-orang dari internal Bank Lampung. Sebab, orang internal Bank Lampung lebih menguasai pola kerja dan peluang-peluang yang ada di Bank Lampung dibanding orang dari luar.
“Ya lebih bagus Direksi Bank Lampung diisi oleh kader-kader dari Bank Lampung sendiri, bukan diisi orang luar. Karena kader-kader dari internal Bank Lampung itu sebenarnya jauh lebih menguasai pola kerja dan potensi yang ada di Bank Lampung. Tinggal bagaimana nanti pengawasannya dibuat lebih baik,” tandasnya.
Selain itu, dalam fir and propertes Direksi Bank Lampung itu semua calon diminta membuat program kerja yang jelas dengan target capaian nyang jelas, serta program trobosan untuk Bank Lampung dengan capaian setiap waktu yang jelas juga.
“Jadi pergantain Direksi Bank Lampung itu harus segera dilakukan demi menyelamatkan Bank Lampung. Dan kedepan direksi harus diisi oleh orang-orang internal Bank Lampung sendiri,” pungkasnya.
Untuk diketahui, kinerja Bank Lampung belakangan ini ternyata terpuruk dan kalah dengan kinerja Bank Perkereditan Rakyat (BPR). Sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang memiliki aset banyak, ternyata Bank Lampung kalah dengan perkembangan BPR seperti BPR Eka Bumi Arta (Bank Eka) dan Bank Pasar milik Pemkot Bandarlampung.
Hal itu terlihat dari Rating 599 BPR versi InfoBank yang dilakukan Biro Riset Infobank (birI). Sedikitnya terdapat sembilan BPR beraset tambun yang kinerjanya sangat baik yakni BPR Eka Bumi Artha dari Metro (Lampung) dengan aset Rp5,39 triliun, BPR Karyajatnika Sadaya (KS) dari Bandung beraset Rp4,44 triliun, BPR Sri Artha Lestari dari Denpasar dengan aset Rp2,56 triliun, Bank BPR Jatim dari Surabaya beraset Rp1,85 miliar, BPR Modern Express dari Ambon dengan aset Rp1,14 triliun, BPR Palu Lokadana Utama dari Palu dengan aset Rp1,34 triliun, BPR Surya Yudhakencana dari Banjarnegara dengan aset Rp1,04 triliun, BPR Utomo Manunggal Sejahtera Lampung dari Bandar Lampung dengan aset Rp1,03 triliun, dan BPR Hasa Mitra dari Makassar dengan aset Rp1,02 triliun.
Di sembilan kota tersebut BPR-BPR ini bisa berkembang dan memiliki kinerja sangat bagus. Padahal, di kota-kota tersebut bank-bank umum dan bank pembangunan daerah (BPD) juga tak sedikit jumlahnya.
“Artinya, bank perkreditan rakyat tetap bisa survive meski berhadapan langsung dengan bank-bank umum yang memiliki aset lebih besar dari mereka,” ujar Eko B. Supriyanto, Direktur Biro Riset Infobank, seperti dikutif dari infobanknews.com.
Menurutnya, tidak sekadar besar asetnya, Aset kesembilan BPR tersebut juga tumbuh positif meski perkonomian sedang tidak kondusif. Rata-rata pertumbuhan aset mereka di atas pertumbuhan aset industri perbankan nasional.
“Market masih memberi ruang bagi BPR untuk berkompetisi. Kunci sukses BPR lebih bagaimana menjaga tata kelola perusahaan dengan baik, karena semua BPR yang mati karena salah kelola, bukan karena kompetisi,” ujar Eko B. Supriyanto.
Humas Bank Lampung, Suratman, saat dikonfirmasi enggan berkomentar banyak terkait masalah ini. Namun, saat dicecar kebenaran kinerja Bank Lampung kalah dengan BPR seperti Bank Eka dan Bank Pasar, Suratman mengakui hal itu.
“Ya memang begitulah adanya,” ujar Suratman.
Suratman beralasan kalahnya Bank Lampung dengan BPR lebih disebabkan oleh persoalan kurangnya Sumberdaya Manusia (SDM).
“Penyebabnya cuma kekurangan SDM,” kilahnya. Menurutnya,kemerosotan Bank Lampung itu baru terjadi setahun terakhir.”Baru setahun terakhir, dari tahun 2015,” pungkasnya. (Tim/Juanda)