Harianpilar.com, Bandarlampung – Kemampuan pembangkit listrik di wilayah Lampung sebesar 561 megawatt, belum mampu memenuhi kebutuhan akan listrik, meski sudah dibantu transfer listrik dari Sumatera Selatan sebesar 294 megawatt. Mengingat kebutuhan akan listrik Lampung pada saat beban puncak mencapai 855 megawatt.
“Meskipun belum terjadi defisit listrik, namun kondisi ini belum memenuhi syarat ketahanan ketenagalistrikan di wilayah sebesar 30% saat beban puncak,” kata Gubernur Lampung M Ridho Ficardo, usai melakukan pembicaraan dengan salah satu perusahaan listrik swasta nasional di Jakarta, dalam rilis yang diterima Harian Pilar, Senin (11/1/2016).
Dalam rilisnya, gubernur menyatakan, akan terus berupaya menjadikan Provinsi Lampung sebagai daerah yang mandiri energi. Langkah ini diharapkan bisa mendorong sektor sektor perekonomian lain berkembang. Tujuannya agar tingkat perekonomian Lampung bisa semakin berkembang. Salah satu yang kini menjadi fokus utama adalah peningkatan ketenagalistrikan di wilayah Provinsi Lampung.
“Listrik merupakan infrastruktur vital yang mempunyai efek berantai dalam mendorong pembangunan. Oleh sebab itu, kami terus berupaya untuk mengatasi kekurangan pasokan yang selama ini terjadi,” jelasnya.
Dijelaskan Ridho, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang dikeluarkan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Lampung, proyeksi kebutuhan Listrik di Lampung hingga tahun 2019 adalah sebesar 1.393 Megawatt. Dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 538 Megawatt. Untuk itu sangat dibutuhkan terbangunnya pembangkit-pembangkit listrik baru agar kebutuhan listrik di Provinsi Lampung segera terpenuhi.
Menurut Ridho, kebutuhan itu akan terus bertambah seiring dengan semakin berkembangnya populasi dan industri di wilayah Lampung. Oleh karena itu, Lampung akan terus meningkatkan sumber tenaga listrik dengan melakukan terobosan terobosan di berbagai bidang ketenagalistrikan.
“Kami memiliki sejumlah potensi energi yang bisa dimanfaatkan untuk membangun pembangkit listrik. Terutama pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Hal ini juga sebagai bentuk dukungan kami terhadap pemerintah pusat yang mencanangkan program listrik 35.000 MW dengan memanfaatkan energi baru terbarukan,” ujarnya lagi.
Ridho menjelaskan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan PT Perusahaan Gas Negara untuk memasok kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Gas yang emisi gas buangnya lebih ramah lingkungan ketimbang pembangkit listrik energi fosil lainnya.
“Dalam rencana kami, selain pengembangan pembangkit gas, kami juga sedang melakukan studi untuk juga mengembangkan pembangkit listrik yang menggunakan energi baru terbarukan seperti memanfaatkan biomassa dan juga minihidro. Di wilayah kami potensi itu juga terbilang besar,” tuturnya. (Juanda)