Harianpilar.com, Tanggamus – Keinginan masyarakat Pekon Lakaran Kecamatan Wonosobo agar jalan lintas barat (Jalinbar) di pekon setempat dibangun sebuah pos polisi (Pospol) mendapat respon positif dari Kepolisian Resort (Polres) Tanggamus.
Kapolres Tanggamus AKBP Ahmad Mamora,S.I.K, melalui Wakapolres Kompol Nuswanto berjanji akan menindaklanjuti usulan masyarakat tersebut, namun ia tidak dapat memastikan mengenai kapan realisasinya. “Usulan adanya sebuah pospol dari masyarakat itu cukup baik, namun akan kita coba untuk lakukan analisa dan evaluasi (Anev). Jika memang berdasarkan hasil Anev layak maka akan kita pertimbangkan untuk membuat Pospol di jalinbar Pekon Lakaran,” ujar Nuswanto.
Selain berdasarkan hasil dari Anev, yang menjadi syarat dibangunya sebuah Pospol adalah tersedianya lahan hibah dari masyarakat. “Sebenarnya bukan hanya lahan hibah saja persoalannya, tetapi sarana prasarana dan personel juga harus tersedia,” tambah Nuswanto.
Kalaupun nantinya realisasinya masih lama, Nuswanto berjanji akan mengintensifkan patroli di wilayah Jalinbar Pekon Lakaran. “Ya, untuk mengantisipasi kejahatan utamanya curat,curas dan curanmor (C3), patroli anggota Sabhara akan lebih kita tingkatkan lagi,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, maraknya aksi kriminalitas di jalinbar Pekon Lakaran, Kecamatan Wonosobo membuat warga setempat resah, pasalnya pelaku begal membuat nama pekon di mata publik menjadi buruk. Untuk itulah warga setempat berharap agar pemkab dan Polres Tanggamus dapat membangun sebuah pospol. Sehingga dapat menekan angka kriminalitas diwilayah yang terkenal sebagai tempat para begal mengeksekusi para korbannya.
Saiful, tokoh masyarakat setempat mengatakan, daerah Lakaran merupakan daerah yang rawan dengan tindak kejahatan, salah satunya seperti aksi pembegalan. “Daerah ini memang terkenal rawan begal dan faktanya memang seperti itu. Tetapi, bukan warga Pekon Lakaran yang melakukannya, melainkan orang dari luar. Kami sudah berupaya dan bekerjasama dengan aparat penegak hukum di Polsek Wonosobo untuk mengatasi tindak kriminalitas di Pekon ini,” katanya.
Selain begal, lanjut Saiful, pencurian motor juga kerap terjadi di badan jalan lintas barat (Jalinbar) tepatnya di samping Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) Lakaran. Kebanyakam korbannya adalah petani karena motor petani di parkirkan di pinggir jalan tersebut.”Biasanya yang kehilangan motor itu kebanyakan petani, sebab petani memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan dekat sawah dan itu menjadi sasaran empuk bagi pelaku untuk melakukan aksinya dan itu membuat petani jera untuk memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan,” ujarnya.
Ditambahkannya, para pelaku kriminalitas yang biasa melakukan aksinya di pekon setempat tidak segan untuk melukai korbannya jika melawan. Para pelaku biasa beraksi pada waktu subuh, siang bolong, dan juga pada waktu menjelang petang.”Biasanya pelaku mengintai dan mengikuti korban terlebih dahulu, setibanya dilakaran pelaku langsung merampas barang milik korban. Pelaku memilih pekon ini sebagai tempat eksekusi karena jika malam kondisi jalan di pekon ini sangat sepi,” jelas Saiful.
Terpisah, Kepala Pekon Lakaran, Suryadi mengakui jika Pekon Lakaran terkenal dengan rawan begalnya. Namun, ia menegaskan jika pelaku begal bukan berasal dari warga pekon setempat. Sebab, ia sudah pernah berkoordinasi dengan aparat Polsek Wonosobo untuk bekerjasama dalam menuntaskan kriminalitas, khususnya di pekon yang ia pimpin. “Memang daerah ini terkenal dengan aksi begalnya, bahkan ini menjadi dijadikan tempat untuk eksekusinya. Tapi saya bisa jamin kalau pelaku pembegalan bukan dari warga saya, karena saya dan Kapolsek sudah bekerjasama untuk memberantas kriminalitas di pekon setempat. Untuk itulah saya harap Pemkab dan Polres dapat mengupayakan pembangunan pos polisi, agar di pekon kami bisa aman dan juga bisa mengembalikan nama baik pekon kami yang sempat tercemar karena ulah pelaku kriminalitas,” kata Suryadi. (Imron/joe)