Harianpilar.com, Bandarlampung – Indonesia tercatat berada di peringkat ke-2 negara dengan jumlah kasus baru TBC tertinggi di dunia setelah India.
Untuk itu, Kemenkes mengimbau seluruh pemerintah daerah (Pemda) untuk melakukan langkah-langkah penanggulangan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam kesempatan tersebut mengintruksikan kepada seluruh kepala daerah untuk melaksanakan penanggulangan TBC, yang diantaranya, Pemda agar melaksanakan penanggulangan TBC dengan konvergensi semua intervensi dan libatkan semua OPD dan stakeholders relevan.
Bentuk dan pastikan berfungsinya Satgas TBC desa/kelurahan/kecamatan dan TP2TB tingkat provinsi/kabupaten/kota.
“Pastikan implementasi setiap intervensi berjalan,” jelasnya, dalam rakor penanggulangan TBC secara virtual, Senin (10/6).
Selanjutnya, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan intervensi hingga ke tingkat desa/kelurahan secara rutin, konsisten dan berkelanjutan.
“Mudah-mudahan kita bisa segera menuntaskan TBC untuk Indonesia sampai pada tahun 2030 ke depan,” harapnya.
Pada kesempatan yang sama Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin memaparkan bahwa target penurunan TBC di Indonesia ini selaras dengan target yang dari World Health Organization (WHO) dimana target nasional mentargetkan pada tahun 2025 ditargetkan Insidensi TBC turun 50% 163 per 100 ribu penduduk dan target WHO mentargetkan Insidensi turun 50% dan Kematian akibat TB turun 75%.
Pada tahun 2030 target nasional mentargetkan Insidensi furun 80% 65 per 100 ribu penduduk Kematian turun menjadi 6 per 100 ribu dan target WHO mentargetkan Insidensi TBC turun 80% Kematian akibat TB turun 90%.
Menkes dalam kesempatan tersebut juga memaparkan beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam penanggulangan TBC diantaranya, pencegahan melalui Integrasi Pemberian Terapi Pencegahan TB (IPT) dengan Investigasi Kontak Serumah, Imunisasi BCG Imuniasi Dasar Lengkap dengan pemantauan digital (ASIK) serta Pengembangan Voksin TB
Melakukan penemuan kasus, penemuan kasus aktif (ACF) pada populasi umum, populasi beresiko serta kontak erat, perluasan akses diagnosis TB (TCM) dan penunjang lain (Chest X-ray), Integrasi data pencatatan dan pelaporan melalui Satu Sehat & SITB serta Pelatihan SDM TB melalui e-leaming.
Terapeutik seperti Regimen BPal/M pengobatan TRO Jangka Pendek 6 bulan, Peneltian operasional Regimen HPMZ untuk pengobatan TBSO 4 bulan, dukungan komunitas dalam Inisiasi dan keberlanjutan pengobatan, dukungan biaya transport posien TB resisten obat, serta Peningkatan kapasitas nakes dengan Coaching TB.
Terakhir, melakukan promosi kesehatan seperti Pemanfaatan website dan madia sosial untuk KIE masyarakat umum, kampanye TB bersama masyarakat dan multisektor dalam Hari TB Se-Dunia dan Hari Kesehatan Nasional.
“Serta pemberdayaan masyarakat melalui pemberian informasi, penyuluhan dan membantu masyarakat agar berperan aktif dalam pencegahan TB,” tandasnya. (Ramona/JJ).