Harianpilar.com, Bandarlampung – Bupati Waykanan terpilih periode 2021-2024, Raden Adipati Surya membeberkan berbagai startegi, langkah dan tantangannya sehingga bisa meraup suara kurang lebih 75 persen pada pilkada serentak 2020 lalu. Padahal, Adipati sempat down saat tahap awal Pilkada periode keduanya ini.
Menurutnya, ada beberapa point yang menjadi faktor terpilih kembali menjadi bupati. Diantaranya, dukungan penuh masyarakat, solidnya dukungan partai politik pengusung, dan kerja keras tim relawan. Dan faktor-faktor itu adalah satu rangkaian yang tidak bisa terpisahkan.
Terkait dukungan penuh masyarakat, menurutnya, hal itu menunjukan bahwa masyarakat Waykanan merasakan pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah di bawah kepemimpinannya.
“Ini satu modal besar bagi saya. Yakni mendapat dukungan dari masyarakat. Walaupun timnya solid, prestasi bagus, tanpa adanya dukungan masyarakat nggak bisa menang juga. Artinya program kita bisa menyentuh masyarakat,” ujarnya dalam acara bincang-bincang “Meja Mico” di Kantor Redaksi Surat Kabar Harian Pilar, Kamis (28/01/2021).
Selain dukungan masyarakat, lanjut dia, dukungan partai politik juga sangat menentukan dalam pertarungan pilkada. “Alhamdulillah kemarin kita diusung tujuh parpol dan empat parpol pendukung. Dan semuanya bekerja solid,” ungkapnya.
Terakhir, tim relawan juga menjadi faktor penting dalam suatu keberhasilan pemenangan Pilkada. “Kita punya tim relawan yang bekerja massif. Berkeliling menyapa warga selama 77 hari masa kampanye,” ucapnya.
Selama masa kampanye, Adipati dan timnya melakukan kampanye di 570 titik lokasi se-Waykanan. Bahkan, sehari bisa melakukan kampanye di 9 sampai 12 titik.
“Kita mulai dari jam 7 pagi, selesai jam 5 sore. Kadang sampai jam 9 malem. Semua kita sapa, kita sampaikan program kita, apa saja yang sudah, sedang dan yang akan kita lakukan ke depan. Dan mungkin ini menjadi daya tarik masyarakat kenapa memilih saya,” ungkapnya.
Namun, dibalik kesuksesan dan keberhasilannya memenangkan pilkada serentak 2020, Ketua DPC Partai Demokrat Waykanan ini mengaku sempat down. Kondisi itu terjadi sebelum masa pendaftaran di KPU. Akibat kehilangan sosok pendamping yang juga wakil bupatinya, Alm. Edward Anthony.
“Bagaimana tidak. Pada saat itu saya sudah mendapat enam rekom parpol, tinggal satu rekom lagi yang belum keluar. Tapi, beliau (Edward, red) dipanggil Allah SWT. Ini cobaan berat bagi saya, tapi saya harus segera move on dan mencari pengganti dan tidak boleh asal karena bisa mempengaruhi suara saya. Karena Pak Edward sudah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat,” kenangnya.
Kendati demikian, berkat kerja tim dan menimbang hasil beberapa survei, Adipati dengan cepat menemukan sosok pengganti dan itu langsung disetujui oleh parpol pengusung. Yakni Ali Rahman.
“Kenapa saya pilih Pak Ali Rahman? Karena saya politisi, dan Pak Ali Rahman ini kan birokrat. Jadi harus ada yang mendampingi saya di birokrasi agar menjalankan roda pemerintah ini lebih mudah,” tukasnya.
Menyandang status sebagai petahana, mantan Ketua DPRD Waykanan ini mengaku menjadi tantangan sendiri.
Selain harus menang, tantangan pribadinya adalah harus bisa melampaui perolehan suara pada pilkada sebelumnya sebesar 60 persen.
“Pilkada sebelumnya saya bukan incumebent bisa memperoleh 60 persen suara. Kalau pilkada kedua saya menang dibawah 60 persen , berarti saya kalah dong walaupun saya menang. Ini tantangan berat bagi saya. Berarti kepercayaan masyarakat turun dong ke saya. Itu tantangan sendiri bagi saya,” pungkasnya. (Ramona)