Harianpilar.com, Bandarlampung – Kabupaten Waykanan lima tahun ke depan akan dipimpin oleh politisi muda asal Partai Demokrat Raden Adipati Surya dan Edward Antony, sebagai hasil dari proses politik secara demokratis di Pilkada Kabupaten Waykanan 9 Desember lalu. Memenangkan Pilkada dengan mengalahkan calon incumbent pasangan Bustami Zainudin-Adinata, menjadikan perjalanan kepemimpinan Adipati-Edward memiliki beban moral yang besar.
Berkaca dari hasil Pilkada serentak se-Indonesia 9 Desember lalu, kalahnya calon incumbent di berbagai daerah tidak bisa dilepaskan dari sepak terjang kepemimpinan calon incumbent itu saat memimpin daerahnya lima tahun terakhir. Di Pilkada serentak di Lampung saja, berdasarkan hitungan cepat (Quick Count) bisa diketahui dari empat calon kepala daerah incumbent yang bertarung kembali di Pilkada, yang berhasil mempertahakan kursinya hanya satu yakni Calon Walikota Bandarlampung Herman HN.
Sementara, sisanya yakni calon kepala daerah Incumbent Pesawaran Aries Sandi Dharma Putra, Lampung Selatan Rycko Menoza, dan Waykanan Bustami Zainudin gagal mempertahakan kekuasaanya.
Sangat terlihat, bagi calon incumbent yang selama memimpin lima tahun terakhir mampu memenuhi harapan masyarakat, tentu diapresiasi oleh masyarakat dengan memilihnya kembali pada Pilkada berikutnya, seperti yang dialami Herman HN yang memperoleh suara terbesar ke-5 se-Indonesia dalam Pilkada 9 Desember lalu.
Sebaliknya, bagi calon incumbent yang tidak mampu memenuhi harapan masyarakat selama mimpin lima tahun sebelumnya, tentu akan ditinggalkan oleh masyarakat saat Pilkada berikutnya.
“Masyarakat akan menghukum pemimpin yang dianggap tidak menjalankan kepercayaan yang diberikan sebelumnya dan dinilai tidak bisa membawa perubahan,” demikian pengamat politik Universitas Lampung, Yusdianto, menilai fenomena kekalahan incumbent.
Artinya, jika sepak terjang kepemimpinan pasangan Adipati-Edwar di Waykanan dalam lima tahun ke depan biasa-biasa saja atau sama dengan kepemimpinan Bustami Zainudin sebelumnya, maka hampir bisa dipastikan dalam Pilkada lima tahun ke depan Adipati-Edwar akan ‘celaka’ secara politik atau dalam artian berpotensi ditinggalkan pendukungnya.
Kondisi itu nampaknya sangat disadari oleh Bupati dan Wakil Bupati Waykanan terpilih, Adipati-Edward.
Menurut Adipati, masyarakat harus diakui memang sudah sangat cerdas dalam memilih pemimpin. Masyarakat sudah bisa membedakan mana yang benar-benar mampu memimpin dan mana yang tidak.
“Jika masyarakat tidak cerdas tentu kami tidak akan menang. Kalau mau bicara uang kami kalah jauh,” ungkap Ketua DPC Partai Demokrat Waykanan itu, Senin (14/12/2015). Kemenangan itu, lanjutnya, tentu menjadi beban moral terhadap rakyat yang sudah memilihnya, terutama dalam konteks memenuhi harapan masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan kedepannya.
“Beban moralnya sangat besar, kalau kami gagal memenuhi harapan masyarakat dan tidak mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik, tentu kami akan ditinggalkan masyarakat,” tandasnya.
Bagi Adipati, beban itu jauh lebih berat lagi, karena rakyat Waykanan tidak hanya mendukungnya dalam Pilkada 2015 ini saja. Pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 lalu, masyarakat Waykanan juga mendukung dan memilih Caleg dari Partai Demokrat yang dipimpinnya, sehingga partai besutan SBY itu memenangkan Pileg di Waykanan.
“Di Pileg partai kami menang dan di Pilkada ini kami menang dengan perolehan suara lebih kurang sekitar 60 persen. Ini tentu beban moral yang sangat berat terhadap rakyat, kalau sampai gagal mensejahterakan rakyat maka habislah saya,” ujar mantan ketua DPRD Waykanan ini.
Karena itu, Adipati berjanji akan memberikan yang terbaik bagi masyarakat Waykanan. Bersama Edwar, Adipati berjanji akan membenahi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.
“Mulai dari persoalan di birokrasi, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lainnya secara bertahap akan kami benahi agar lebih baik,” ungkapnya.
Namun, lanjut Adipati, untuk memajukan Kabupaten Waykanan diperlukan dukungan dan support banyak pihak. Adipati dan Edwar berjanji siap menerima kritik, saran dan masukan dari masyarakat untuk kebaikan bersama.
“Untuk mencapai semua itu, kami butuh dukungan dari semua pihak. Karena tidak mungkin bisa kalau hanya kami berdua saja. Kami akan selalu membuka ruang dialog. Dan setelah dilantik saya akan langsung turun ke bawah untuk menyerap aspirasi langsung dari masyarakat,” pungkasnya. (Juanda)