Harianpilar.com, Tanggamus – Prosesi pengetahan adok (pemberian gelar,Red) merupakan upacara adat yang sarat makna bagi budaya Lampung. Upacara ini menjadi event menarik karena sudah jarang dilihat, suasana meriah dan hikmat menyelimuti suasana Lapangan Merdeka Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Sabtu (21/11/2015).
Panji-panji kebesaran adat Lampung Saibatin yang didominasi warna merah dan emas itu menambah kemegahaan suasa hari itu. Belum lagi, tetabuhan (gendangan red) dari gamelan berdentang mengudara dan mendominasi suara-suara yang terdengar. Lalu, syair-syair kearifan dengan khas asli Bahasa Lampung di kumandangkan oleh tetua adat lampung. Ribuan warga padati lapangan sejak pagi hari, kedatangan mereka hanya untuk menyaksikan pengetahan adok dalam Festival Teluk Semaka (FTS) ke VIII. Untuk yang diberi gelar; Kapolres Tanggamus AKBP Ahmad Mamora gelar Pangikhan Penata Hukum, dan Dandim 0424 Tanggamus Letkol Inf Kristomei Sianturi gelar Pangikhan Penghinggum Bangsa.
Menurut Bupati Tanggamus, Hi. Bambang Kurniawan ST, Pemberian gelar ini guna memberikan pelajaran kepada anak cucu kita tentang adat istiadat lampung Saibatin. Selain itu, untuk mempromosikan budaya dan wisata yang ada di Tanggamus.” Selama ini pemkab berkomitmen untuk mengembangkan wisata dan pelestarian budaya. Salah satunya melaluii FTS. Tentunya dengan adanya kegiatan ini, bisa menarik investor bagi yang berinvestasi pariwisata sebab banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan,” ujar Bambang, yang bergelar Pangiran Sultan Mangkunegara Pemangku Tanggamus I ini.
Bupati menambahkan, selama ini Tanggamus telah terkenal Teluk Kiluan, dan ada Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang bisa dikembangkan untuk wisata juga. Kemudian Pengetahan Adok dilakukan supaya masyarakat tahu khususnya untuk Saibatin. ”Gelar yang diberikan ini bentuknya penghargaan bagi mereka yang memajukan Tanggamus. Sedangkan gelar ini hanya berlaku selama bekerja di Tanggamus saja dan tidak diturunkan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung, Choiria Pandarita, mewakili Gubernur Lampung, mengartakan kegiatan festival ini adalah sebuah momen pagelaran khasanah budaya yang bertujuan untuk mempersatukan antar sesama. Sebab diketahui, Lampung kaya dengan ragam seni dan budaya. Provinsi Lampung memiliki bahasa daerah dan aksara dengan berbagai tradisi masing-masing. ”Semua itu adalah aset yang harus kita jaga, sehingga tetap dilestarikan,” katanya. (imron/joe)