Harianpilar.com, Tanggamus – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanggamus melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disosnaketrans), kembangkan tekhnologi tepat guna (TTG) “bahan bakar terbarukan biogas dari limbah sampah organik sayuran”. Tekhnologi biogas sampah sayur dan buah ini, akan di ikut sertakan Pemkab Tanggamus dalam Expo hasil binaan terapan TTG Nasional tahun 2015 di Provinsi Bangka Belitung pada November 2015.
Kasi Penempatan Perluasan dan Pelatihan Ahya Ridwan, inisiator tekhnologi ini, mendampingi Kepala Disosnaketrans Tanggamus Sabarudin mengatakan, saat ini struktur alat pengubah sampah sayur sudah jadi dan siap produksi biogas. Dalam pengembangn alat tersebut bekerja sama dengan kelompok swadaya masyarakat (KSM) “Purwodadi Berseri” Pekon Purwodadi, Kecamatan Gisting, “Peralatan penghasil biogas sudah berhasil kami rancang dengan biaya sendiri dan swadaya kelompok, alat akan menghasilkan biogas, yang mana setiap hari dapat digunakan memasak selama Dua jam,” katanya, Rabu (9/9/2015), disela-sela pelatihan pengolahan sampah organik menjadi biogas, kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui terapan TTG, Dirjen pembinaan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja, Kementerian Ketenaga kerjaan RI, pada Disosnaketran Tanggamus.
Hadir dalam pelatihan ini 20 orang perwakilan KSM dari Kecamatan Gisting dan Sumberejo, nara sumber kegiatan ini Dwiono Santoso sebagai perakit alat biogas, dan Widianingrum ketua KSM” Purwodadi berseri”, pelatihan berlangsung di Pekon Purwodadi, Gisting.
Ahya Ridwan mengatakan ide membuat alat TTG biogas, berawal dari banyaknya sampah sisa sayuran dan buah didaerah Kecamatan Gisting dan Sumberejo, yang merupakan sentra sayur di Kabupaten ini. Sampah sayur ini sangatlah banyak setiap harinya, bahkan mencapai berat tonan, dan selama ini sampah menjadi problem Pemerintah dan hanya di buang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Melihat ini terbersit dalam pemikiran Saya, untuk memanfaatkan sampah sayuran ini menjadi sesuatu yang berguna, dan satu waktu Saya bertemu dengan Pak Dwiono Santoso asal Malang Jatim, dan bersama kami mengembangkan alat tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Dwiono Santoso didampingi Widiningrum mengatakan, alat TTG biogas sampah sayur, terdiri dari mesin blender, tabung drum plastik bekas dan pipa untuk menyalurkan biogas. Adapun proses dari sampah sayur menjadi biogas, yaitu mula-mula sayuran di blender, setelah hancur di letakkan dalam wadah semacam panci besar, kemudian di basahi dengan air kelapa atau beras dan di berikan campuran zat kimia EM4, selanjutnya di masukan kedalam tabung drum plastik dan di tutup rapat. “Nah nantinya akan terjadi permentasi dan berubah menjadi biogas yang siap di pergunakan untuk kepentingan masak-memasak, memang selain di blender sampah sayur dapat juga hanya dicecah saja, namun proses permentsi sedikit lama, dan terpenting juga, tabung drum tidak boleh bocor,” katanya.
Miftah, salah seorang peserta pelatihan, mengaku antusias mengikuti pelatihan. Menurutnya, pelatihan biogas sampah sayuran ini, sangatlah bermamfaat sebagai alternatif pegganti bahan bakar kedepan. “Saya sangat mengapresiasi pelatihan oleh Disosnaketrans Tanggamus ini, tentunya pelatihan ini dapat dijadikan inisiatif masyarakat, untuk mengembangkan biogas ini, dan tentunya akan mensejahterakan masyarakat Tanggamus,” ujarnya. (imron/*)