oleh

Guru NU Waykanan Peduli Pelajar Miskin

Harianpilar.com, Waykanan – Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung bertekad turun tangan untuk berpartisipasi meningkatkan derajat pendidikan bagi pelajar kurang mampu di daerah tersebut. Kamis 3 September 2015, Pergunu memberangkatkan Angga Arjunes, alumni SMA Pangastuti Kabupaten Waykanan untuk menempuh strata satu di IKHAC. Di institut yang dikomandoi Rektor Mauhibur Rokhman itu, Angga yang mengaku sudah siap lahir batin, mantap mengambil jurusan tarbiyah.

“Alhamdulillah, syukur kita sanjungkan ke hadirat Allah. Kendati kepengurusan kita belum lama, tapi kita sudah mendapatkan amanat untuk mengirimkan satu orang calon mahasiswa yang dibiayai oleh PP Pergunu. Kami hanya keluar biaya untuk transportasi calon mahasiswa berangkat ke Jawa Timur. Sahabat Gatot Arifianto melalui jaringannya telah menyelesaikan kewajiban (biaya transportasi) tersebut,” ujar Ketua PC Pergunu Waykanan masa khidmat 2015-2020 Ali Tahan Uji.
Kendati belum lama terbentuk dan secara resmi telah disahkan oleh Pimpinan Pusat organisasi pengajar NU tersebut. Tahun 2015, Pergunu Waykanan telah mendorong warga setempat mendapat pendidikan lebih tinggi.

Anggota Dewan Pakar PC Pergunu Waykanan Gatot Arifianto, di Blambangan Umpu, Rabu (2/9/2015) menjelaskan, PP Pergunu memberikan beasiswa penuh kepada calon mahasiswa Institut KH Abdul Chalim Pacet (IKHAC) Mojokerto Jawa Timur, meliputi biaya pendidikan sampai selesai, asrama dan makan.

Alhamdulillah, berkat kinerja dan kemauan pengurus membuka telinga serta silaturahim, Pergunu Waykanan mendapat kuota satu calon mahasiswa,” ujar Gatot.
Alumni Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU) Waykanan itu menegaskan, meningkatkan kualitas generasi NU adalah keharusan. Dan itu harus dilakukan dengan tindakan. “Nabi Muhammad SAW bersabda, khairunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Semoga kita bisa mengikuti Rasulullah,” kata dia lagi.

Berorganisasi menurut alumni Civic Education for Future Indonesian Leaders (CEFIL) III itu melanjutkan, adalah bicara dengan perbuatan. “Berorganisasi berarti berbuat, bukan berbicara bisa melakukan namun tidak melakukan. Berorganisasi itu bukan hanya bisa bicara di belakang sehingga lupa mengedepankan tindakan. Berorganisasi bukan pula sekedar menumpang keren karena nama tercatat dalam struktur kepengurusan,” paparnya.

Manajer Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN) Waykanan yang pada 2015 memfasilitasi lima pelajar setempat memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN) itu menambahkan, berorganisasi di NU atau badan otonomnya ialah sarana beribadah, bukan karena ingin kedudukan. Pergunu ialah organisasi profesi yang mewadahi para ustadz, guru dan dosen Nahdlatul Ulama. Dalam khidmah dan kiprahnya, Pergunu diharapkan sebagai syuhud tsaqafi (penggerak intelektual) dan sekaligus sebagai syuhud hadlori (penggerak peradaban). Seperti organisasi induknya, NU, Pergunu memiliki sikap al-ikhlas (ketulusan), al-‘adalah (keadilan), at-tawassuth (moderasi), at-tawazun (keseimbangan) dan at-tasamuh (toleransi) sehingga mampu berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat Indonesia yang majemuk dengan berbagai suku, etnis, kelompok masyarakat, agama dan kepercayaan. (ist/rl/*)