Harianpilar.com, Bandarlampung – Sungguh miris keadaan ratusan kepala keluarga (KK) di RT 08,09 dan RT 10 Lingkungan II, Kelurahaan Kaliawi, Kecamatan Tanjungkarang Pusat. Betapa tidak, selama hampir 35 tahun bermukim di sana tidak memiliki WC. Warga terpaksa menggunakan kantong plastik untuk membungkus kotorannya yang kemudian dilempar ke sekitar lereng bukit. Istilah yang digunakan warga WC terbang.
“Kita itu tinggal di sini dari tahun 1980 dari waktu itu ya belum ada WC. Di sini kalau 100 KK lebih mah ada. Jadi ya kalau buang air besar sehari-hari ya pake WC terbang (Dilempar-red) gitu, nerbanginnya ke gunung belakangan sana itu, tapi nggak tau juga yang di sebelah sana kan buangnya masing-masing,” ungkap Ketua RT 10 Husen, Selasa (10/2/2015) saat ditemui di kediamannya.
Dijelaskan Husen, warga selama ini enggan membuat toilet lantaran tanah yang ditempati merupakan lahans sewaan.
“Tanahnya itu bukan punya orang satu, sebelah sana punya pak Yasin, Wawan dan Ismail kita ini di sini nyewa,” ungkapnya, seraya menjelaskan jika warga telah mencoba untuk meminta izin membangun toilet kemudian si tuan tanah melarangnya.
“Kalau kita sih waktu itu sudah minta tapi kan nggak boleh bangun WC sama yang punya dulu juga nggak boleh sama anaknya juga sekarang Bu Wati nggak boleh. Jangankan WC pribadi, WC umum aja nggak boleh,” jelasnya.
Lanjut Husen menguraikan, jika warga pernah mengadakan rapat dengan tuan tanah, namun dalam kesempatan itu dua tuan tanah tidak hadir, sehingga belum ditemukan jalan keluarnya.
“Ya kita kan sudah pernah rapat, tapi kan belum ini tanahnya punya orang 3 , yang datang satu, ya gitu tunggu-tunggu terus, sampe sekarang nunggu,” jelasnya.
Terkait kondisi ini, Husen berharap, Pemkot Bandarlampung dapat membantu warga untuk memiliki toilet walaupun hanya toilet umum.
“Ya mudah-mudahan pemerintah bisa ngebantulah, buat WC umum untuk rame-rame juga nggak apa-apa,” harapnya.
Terpisah, Walikota Bandarlampung Herman HN mengatakan jika camat Tanjungkarang Pusat sudah mencoba berkoordinasi dengan pemilik tanah untuk menyelesaikan persoalan ini namun belum ada laporan.
“Sudah itu mah, camat yang melakukan itu, ya hasilnya nggak tau saya,” tuturnya. (Buchari/Juanda)