Harianpilar.com, Jakarta – Reformasi 1998 telah menjadi bagian dari jejak sejarah Indonesia. 27 tahun lalu, 21 Mei 1998, Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahuh menyatakan berhenti sebagai Presiden. Indonesia berubah dari sistem yang otoriter menjadi menganut sistem demokrasi.
Kami menilai sepanjang 27 tahun reformasi itu, Indonesia telah mencapai demokratisasi, terutama demokrasi politik. Indonesia menerapkan pemilihan langsung Presiden, Gubernur, Bupati, Wali Kota, Kepala Desa, DPR-RI, DPR-D dan DPD-RI. Kemerdekaan berserikat mendirikan Partai politik hingga ormas dan serikat pekerja dijamin. Demikian juga kemerdekan berpendapat dan kemerdekaan pers juga berjalan.
“Kami memandang sepanjang 27 tahun reformasi itu, rakyat memang telah menikmati demokrasi politik, tentu dengan berbagai kritik terkait demokrasi politik yang dibajak oleh pemodal, demikian juga kritik terkait money politic dalam setiap pelaksanaan pemilihan umum, baik Pilpres, Pileg maupun Pilkada dan Pilkades,” demikian keterangan pers panitia penyelenggara, Selasa (20/5).
Demokrasi politik yang telah dicapai tersebut harus menjadi modal dasar dalam melakukan akselerasi demokrasi ekonomi. Namun, ibarat lokomotif yang menarik gerbong sejarah, kita membutuhkan transformasi demokrasi ekonomi untuk menjamin akses seluruh rakyat terhadap sumber-sumber kekayaan untuk hajat hidup orang banyak.
Reformasi 1998 memang telah mengundang datangnya liberalisasi ekonomi yang ditandai dengan penandatanganan Letter Of Intent (LOI) antara pemerintah Indonesia dengan IMF. Masuknya IMF dengan LOI ketika itu menuai banyak kritik. Pendapat sejumlah pakar ekonomi politik menilai telah menjaukan gerbong demokratisasi ekonomi dari lokomotif penggerak sejarah peradaban bangsa.
“Karena itu kami dari aktivis 1998 dari berbagai kelompok dan daerah akan menggelar Sarasehan Aktivis Lintas Generasi dengan tema Dari Demokrasi Politik menuju Transformasi Demokrasi Ekonomi. Maksud dari tema sarasehan ini adalah untuk “mencari alur demokrasi ekonomi dari reformasi kita”. Sarasehan ini digelar pada hari Rabu, 21 Mei 2025, jam 12 – selesai di Hotel JS Luwansa, Jl Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan,” terangnya.
Panitia mengundang dengan hormat kepada seluruh aktivis lintas generasi untuk urun pendapat dalam saresahan yang rencananya dihadiri oleh Prof Sufmi Dasco Ahmad, Puan Maharani dan tokoh aktivis senior Hariman Siregar yang bertindak sebagai Keynote Speak. Sejumlah pembicara dipastikan hadir Rocky Gerung, DR. Syahganda Nainggolan, Prof. DR. Robertus Robet, Andi Rahmat, Feri Amsari, Habiburokhman, Melki Laka Lena, Masinton Pasaribu, Ester Indahyani, Salamuddin Daeng, Asfinawati.
Acara Sarasehan Aktivisi Lintas Generasi Memperingati Peristiwa 1998 ini difasilitatori oleh aktivis 1998 lintas kota, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Lampung, Medan, dll.(*)