Harianpilar.com, Jakarta – Adakah yang bisa menyimpulkan, BBM naik rakyat tetap sejahtera. Nggak mungkinlah, kata sebagian orang. Wong, harga-harga naik sebelum warga menuju Pom Bensin. Isi pertalite kendaraannya dengan harga baru, tapi di pasar, harga-harga naik mendahului.
Namun mengapa pemerintah tetap menaikkan harga BBM. Apakah pemerintah tidak paham efek domino dari kenaikan harga BBM. Tentu pemerintah sangat paham sekali.
Jika Presiden Jokowi menggelontorkan bantuan langsung tunai (BLT), dengan harapan rakyat kecil tidak terbebani, itu menunjukkan pemerintah paham efek negatif kenaikan harga BBM.
Harga naik, daya beli melemah, sama dengan rakyat semakin menderita, maka agar rakyat tidak sengsara ada program BLT BBM 2022.
Ibaratnya jika ban mobil bocor, panggil tukang ban, langsung tambal kebocoran. Jadi kenaikan harga dianggap bisa ditambal dengan BLT, agar rakyat kecil tetap memiliki daya beli.
Agar, meski BBM naik dan harga-harga ikut naik, susu untuk anak-anak Balita tetap terbeli. Maka nyanyian ‘Galang Rambu Anarki’ dari penyanyi senior Iwan Fals pun tidak terbukti. Benarkah?
Tapi apakah benar rakyat tetap memiliki daya beli yang konstan, seperti sebelum harga BBM naik?. Beberapa TV swasta menayangkan, wawancara dengan warga masyarakat bawah. Sopir angkot, ibu rumah tangga, tukang bangunan, pedagang cabai, dll, ternyata hampir semua mengeluhkan.
Apa karena BLT belum sampai ke rumahnya, atau memang harga-harga tak terkendali, melebihi kemampuan BLT menambal kebocoran. Perlu survei.
Pemerintah mengatakan, manfaat kenaikan harga BBM bersubsidi, diantaranya adalah pengurangan beban negara, sehingga pemerintah dapat membangun sektor lain yang lebih produktif dari subsidi BBM yang dikurangi.
Sangat betul sekali, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, maka ada uang yang dihemat, lalu kompensasinya, bisa untuk bangun proyek-proyek infrastruktur seperti; Ibu Kota Nusantara (IKN), Kereta Api Cepat Jkt – Bandung – Semarang – Surabaya, akses air minum, waduk, jalan tol serta penyediaan pembangkit listrik dan gardunya di beberapa wilayah.
Lalu orang Pertamina mengatakan, manfaat kenaikan harga BBM bersubsidi adalah membuat keuangan Pertamina semakin baik. Lantaran uang yang ditomboki Pertamina untuk membeli BBM bersubsidi semakin kecil.
Nah, BUMN yang ngurusi BBM rakyat ternyata paling diuntungkan, meningkatkan kinerja keuangan Pertamina. Sementara pemerintah berkeringat menggelontorkan BLT.
Saya teringat beberapa tahun lalu, ketika masih bertugas di Senayan, dalam diskusi dengan Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani, menyatakan, uang negara tidak untuk dihemat namun tidak boleh dikorupsi.
Apa kaitannya? Isi APBN yang terdistribusi ke pemerintah pusat dan daerah dalam varian program pembangunan, uang negara bisa digunakan berapa pun sejauh untuk kepentingan masyarakat banyak, termasuk menambal masalah daya beli rakyat bawah. Inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa BLT BBM 2022 digelontorkan.
Meski begitu, masih ada pertanyaan soal BBM naik dan BLT. Apakah menaikkan harga BBM subsidi tepat sasaran, apakah besaran BLT BBM 2022 setimpal menambal kebutuhan rakyat kecil, apakah BBM NAIK rakyat kecil tetap bisa membeli susu untuk Balita-nya?
Kembali kita teringat dengan lirik lagu Iwan Fals;
Galang rambu anarki anakku
Lahir awal januari jelang pemilu…
Galang rambu anarki ingatlah
Tangisan pertamamu ditandai BBM, Membumbung tinggi..
Maafkan kedua orangtuamu
Kalau tak mampu beli susu
BBM naik tinggi Susu tak terbeli
Orang pintar tarik subsidi Mungkin bayi kurang gizi
Wawllahu’alam… (*)