oleh

196 Kecamatan di Lampung Rawan Ketahanan Pangan

Harianpilar.com, Bandarlampung – Meski Provinsi Lampung terbesar dalam hasil pertanian dan perkebunannya, tapi tidak menjamin Lampung cukup bahan pangan. Buktinya, masih ada 196 kecamatan di kabupaten di Provinsi Lampung mengalami kerawan bahan pangan.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Kusnardi mengatakan, masih ada beberapa kabupaten di Provinsi Lampung yang rawan akan ketahanan pangan seperti, Kabupaten Lampung Barat, Waykanan, Lampung Tengah dan Pringsewu.

“Komoditi yang dianggap rawan akan ketahanan pangan yaitu masih minimnya masyarakat yang menanan ubi kayu, ubi jalar dan jagung, selain itu karena minimnya perhatian dari pemerintah dan masih minimnya transportasi yang bisa menjangkau daerah tersebut sehingga masyarakat susah untuk mendapatkannya,” jelas Kusnardi di Balai Keratun, Rabu (30/9/2015).

Diharapkan untuk tahun yang akan datang rawan pangan bisa segera diatasi, selain itu juga diharapakan terjalin sinergi dan kerja sama yang baik dalam penyelenggaraan pangan untuk mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat berperan serta dalam mengawasi dan memberikan masukan yang konstruktif terhadap penyelenggaraan pangan.

” Karena keberhasilan dalam mewujudkan ketahanan pangan, dan kedaulatan pangan sangat ditentukan adanya keterpaduan lintas instansi, stabiltas harga pangan, juga terjaminnya bahan pangan yang aman,” terangnya.

Yang lebih dikawatirkan dari196 kecamatan ada 23 kecamatan di Kabupaten Lampung Utara yang hidupnya dibawah garis kemiskinan hampir 20-26 persen masyarakatnya.

Untuk mengahadapi krisis rawan pangan maka kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan. Kebijakan tidak hanya ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga dimaksudkan untuk mengubah pola konsumsi masyarakat agar mengkonsumsi bahan pangan yang beranekaragam dan lebih baik gizinya.

Sedangk untuk daerah-daerah tertentu keanekaragaman konsumsi pangan itu masih sulit karena didaerah tertentu pola konsumsi masyarakat masih didominasi dengan padi-padian. Masyarakat umumnya masih mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap beras.

“Kami berharap agar pemerintah daerah bisa menghimbau kepada mayarakatnya untuk menanam ubi kayu, jagung dan ubi jalar untuk mengatasi ketergantungan beras dan desa tersebut bisa memiliki komoditi pangan yang lain yang juga bahan pokok pangan,” jelasnya. (Fitri/Juanda)