oleh

Pramuka Harus Tanggap Dengan Teknologi

Harianpilar.com, Lampung Selatan – Pramuka harus dapat menangkap fenomena jaman dalam era kebebasan berkomunikasi. Bila tidak dapat berperan sesuai keinginan kaum muda, maka lambat laun akan ditinggalkan oleh anggotanya. Begitu pula para Pelatih hendaknya dapat mengembangkan dan menerapkan teknologi pendidikan yang relevan dengan zamannya tanpa melupakan prinsip dasar dan metode kepramukaan kepada para Pembina Pramuka.

Demikian disampaikan oleh Penjabat (Pj) Bupati Kabupaten Lampung Selatan H. Kherlani, SE, MM selaku Ketua Majelis Pembimbing Cabang Kwartir Cabang (Kwarcab) Lampung Selatan pada Hari Pramuka ke-54 tahun 2015, tingkat Kwarcab Lampung Selatan, yang dipusatkan di Lapangan Makodim 0421-Lampung Selatan, Senin (7/9/2015).

Kherlani mengatakan Gerakan Pramuka merupakan penyatuan dari 60 organisasi kepanduan pada tahun 1961 oleh Bung Karno ditujukan untuk dapat menjadi perekat bangsa. Gerakan Pramuka yang kini berusia 54 tahun tentu tidak sama suasana dan kondisinya ketika dilahirkan. “Anak-anak yang lahir antara tahun 1990-an dan 2000-an merupakan generasi Cyber yang online dalam waktu 24 jam dan berperan sebagai citizen journalism yang selalu update  statusnya atau mengungkapkan hal-hal yang dilihat dan dirasakan saat ini (realtime) dalam media sosial (medsos),” katanya.

Menurut Kherlani, tantangan yang dihadapi kaum muda makin besar dan kompleks. Masalah ekonomi, sosial, budaya dan politik yang berlangsung di negeri ini akan mempengaruhi perubahan perilaku dan gaya hidup kaum muda. “Permasalahan ini sangat memprihatinkan bagi kita semua, dan untuk kepentingan bangsa dan negara pada masa depan, masalah yang dihadapi tersebut haruslah segera ditanggulangi. Disinilah pentingnya peranan Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan non formal yang bertujuan untuk membentuk kaum muda berkarakter, menanamkan semangat kebangsaan kebangsaan, dan membekali keterampilan yang kelak menjadi bekal hidup.” Ujar Kherlani.

Kherlani menjelaskan Indonesia pada tahun 2020-2030 dipredikasi akan mendapatkan bonus demografi, dimana jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada tahun 2020-2030 akan mencapai 70%, sedangkan sisanya sebanyak 30 persen adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun). Angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai tahun 2020, dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Tentu saja hal ini merupakan suatu berkah bagi Indonesia. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. “Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar yaitu kualitas manusia. Pengembangan sumber daya manusia yang merupakan investasi jangka panjang hendaknya menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa,” kata Kherlani, membacakan sambutan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Republik Indonesia Ketua Dr. Adhyaksa Dault, SH., M.Si. (Syaiful/*)