oleh

Waspada, Diare Mewabah di Tanggamus

Harianpilar.com, Tanggamus – Jumlah kasus akibat penyakit diare di Kabupaten Tanggamus sampai Agustus bulan ini mencapai 1.025 kasus. Hal ini membuktikan jika tingkat kesadaran akan menjaga kebersihan, masyarakat yang ada di wilayah tersebut belum cukup baik. Sehingga Sosialisasi tentang Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) mesti harus lebih ditingkatkan oleh Instansi terkait agar kasus ini tidak bertambah.

Menurut Sismantoro, Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) mewakili Kepala Dinas Kesehatan Tanggamus Sukisno, jumlah tersebut merupakan rekap akhir Juli lalu.

“Kasus diare masih bisa bertambah karena ini faktor musim dan kesadaran masyarakat yang minim terhadap PHBS dan sanitasi berbasis masyarakat,” katanya, belum lama ini.

Ia menjelaskan, diare bisa dicegah dengan menerapkan PHBS, dalam hal ini perlu peningkatan pola hidup yang bersih dan sehat. Seperti menggunakan air bersih untuk keperluan memasak,dan diusahakan pula air tersebut berasal dari sumur, bukan dari sungai yang mayoritas alirannya saat banyak tercemar, begitu juga dengan mencuci peralatan masaknya.

“Kemudian juga biasakan selalu mencuci tangan dengan sabun setiap kali sehabis beraktifitas, dan terpenting saat akan makan,” terang Sismantoro.

Sismantoro juga mengungkapkan,bila masyarakat sudah harus memiliki sumur dan jamban sendiri di setiap rumahnya. Sebaiknya harus mulai ditinggalkan pula perilaku mengambil air dan menggunakan air dari sungai untuk keperluan Premier. Sebab kondisi sungai saat ini berbeda dengan dulu karena faktor kerusakan lingkungan.

“Jangan sampai kulitas air sungainya sudah jelek tapi perilakunya tidak berubah. Akhirnya masyarakat sendiri yang terkena penyakit,” harapnya.

Untuk hal ini masyarakat sebenarnya sudah tahu manfaat air bersih dari sumur dan kebiasaan buang hajat di sungai tidak baik. Namun karena faktor kebiasaan turun temurun yang biasa dilakukan,akhirnya itu tetap dilakukan, padahal masyarakat sendiri yang tanpa di sadari rentan terhadap penyakit seperti diare.

“Kemudian juga faktor cuaca, saat ini musim kemarau, akhirnya banyak debu beterbangan. Hal yang berbahaya adalah saat debu hinggap di makanan otomatis jadi tercemar. Maka usahakan selalu menutup makanan supaya terhindar dari debu dan juga lalat yang bisa menyebarkan penyakit,”kata dia.

Untuk diketahui,total jumlah kasus diare mulai meningkat bulan Juni dimana terdapat 1.024 kasus,dari bulan sebelumnya 844 kasus. Ini tentunya berkaitan dengan musim kemarau dan ketersediaan air bersih. Kemudian kasus tertinggi diare ditangani oleh pihak Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Kota Agung dimana terdapat 99 kasus diare. Kemudian di Puskesmas Ngarip, Ulu Belu ada 74 kasus, dan Puskesmas Putih Doh, Cukuh Balak dan Talang Padang dengan 65 kasus.

Sementara usia penderita sendiri cukup merata dan menimpa semua umur,mulai dari usia bayi, balita sampai orang dewasa. Dan penderita terbanyak pada usia dewasa sebab perhitungannya hanya dikelompokan pada usia lebih dari lima tahun. Kemudian penanganan nya sendiri selama ini, penderita kasus diare masih tetap diberi obat oralit atau zinc. (Imron/JJ)