Harianpilar.com, Bandarlampung – Berdasarkan rasio jumlah dokter dengan jumlah penduduk, Provinsi Lampung ternyata masih banyak membutuhkan tenaga dokter, baik dokter umum maupun spesialis. Bahkan, jumlah dokter di Lampung saat ini masih berada di bawah target nasional.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung Reihana mengungkapkan, rasio jumlah dokter umum sebesar 18,2/100 ribu jumlah penduduk.
Sedangkan target nasional rasionya sebanyak 45/100 ribu jumlah penduduk. Kemudian, untuk rasio jumlah dokter spesialis sebesar 7/100 ribu jumlah penduduk, sedangkan target nasional sebesar 11/100 ribu jumlah penduduk.
Sementara, jumlah dokter umum di Lampung sebanyak 1.651 orang dan dokter spesialis sebanyak 637 orang.
“Dari jumlah tersebut jika dibandingkan dengan rasio jumlah penduduk maka kebutuhan dokter umum dan dokter spesialis di provinsi Lampung masih dirasa kurang,” ujar Reihana, Selasa (11/10).
Menurut Reihana, untuk memenuhi kebutuhan dokter di Lampung dapat dilakukan beberapa cara di antaranya, dapat melalui program afirmasi dokter umum, tugas belajar Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI), usulan Program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS) dan program Nusantara Sehat.
“Selain itu juga dapat mengadvokasi Pemda untuk membuka formasi PNS, P3K atau Kontrak (BLUD) untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” terangnya.
Reihana juga meyakini penambahan fakultas kedokteran di Provinsi Lampung sangat diperlukan. Mengingat, di Provinsi Lampung baru ada dua universitas yang memiliki fakultas kedokteran, yakni Unila dan Universitas Malahayati.
“Perlu, karena mengingat transformasi SDM kesehatan sebagai bagian dari transformasi kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan, memberikan gambaran kebutuhan yang masih cukup tinggi. Jadi pendayagunaan lulusannya bisa saja bukan hanya untuk Lampung tetapi juga memenuhi kebutuhan secara Nasional,” bebernya.
Disinggung peran pemerintah daerah soal mencukupi kebutuhan dokter di Lampung, Reihana menyarankan kepada Pemda untuk memberikan kesempatan putra daerah untuk kuliah di FK dengan beasiswa, sehingga selesai pendidikan kembali ke daerah untuk mengabdi.
“Selain itu membuka formasi PNS, P3K atau tenaga kontrak dengan insentif daerah yang memadai, Selain itu Pemda dpt mengalokasikan dana khusus untuk tugas belajar dokter spesialis, membuka peluang rs swasta untuk mengusulkan wahana PIDI, merekomendasikan dokter untuk mengikuti program bantuan pendidikan tugas belajar ppds beasiswa kemenkes,” jelasnya.
Diketahui sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Lampung menyatakan kebutuhan dokter di Lampung Dinamis. Dikarenakan kebutuhan tiap daerah berbeda-beda.
Namun, berdasarkan kebutuhan dokter menurut BPJS, perbandingan dokter umum dengan jumlah pasien adalah 1 : 5000. Tapi, untuk dokter spesialis tergantung kebutuhan daerahnya masing-masing.
Demikian disampaikan Dewan Pakar IDI Lampung, dr Boy Zaghlul kepada Harian Pilar saat dimintai tanggapan terkait kebutuhan dokter di Provinsi Lampung, Senin (10/10).
dr. Boy mengatakan, soal kebutuhan dokter di Lampung cukup atau tidak cukup itu tidak ditafsir dengan angka. Karena, kata dia, kebutuhan daerah berbeda-beda.
“Misal, ternyata dokter bedah tulang di Bandarlampung, tapi di Liwa kok nggak ada. Kita tanya dulu, rumah sakit di Liwa sarana dan prasarana memadai tidak. Jadi jangan ngomongin dokter a,b,c, atau d, tapi tanya dulu rumah sakitnya memadai tidak. Jadi kalau dokter bedah di rumah sakit Mesuji nggak ada alatnya ngapain dia nongkrong di Mesuji,” terangnya.
Untuk itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Daerah masing-masing untuk melengkapi terlebih dahulu sarana dan prasarana rumah sakit daerahnya.
Selain itu, dirinya meminta kepada masing- masing Pemda untuk mencari dokter yang asli putra daerah. “Dan cari dokter ini gampang. Cari atau sekolahkan putra putri asli daerahnya untuk menjadi dokter, kemudian buat kontrak dan berikan fasilitas yang baik, pasti dia mau untuk mengabdi daerahnya. Sembari menyekolahkan mereka, siapkan sarana dan prasarana yang memadai rumah sakitnya,” jelasnya.
“Atau, cari putra putri daerahnya masing-masing yang sekolah kedokteran di UI, UNPAD atau kampus lain di luar Lampung, tawarkan kepada mereka untuk menjadi dokter di daerah asalnya, misal di Mesuji, Tubaba, atau Pesibar, tawarkan kontrak dengan fasilitas yang layak, pasti mereka mau mengabdi untuk daerahnya,” tambahnya.
Disinggung apakah Lampung perlu menambah kampus kedokteran, menurutnya dr. Boy, hal itu perlu diperhitungkan lagi. Pasalnya, kata dia, dua kampus saat ini, Unila dan Malahayati, yang memiliki fakultas kedokteran bisa dihitung berapa persen mahasiswa yang asli putra daerah Lampung.
“Malahayati, setahu saya banyak dari Sumsel, Jabar, Aceh, Jambi dan lainnya. Ketika mereka Lulu dokter, mereka balik daerah asalnya. Begitu juga Unila, berapa persennya juga orang Jakarta dan daerah lainnya, dan ketika mereka selesai, ya mereka balik ke daerah asalnya. Jadi kalau mau nambah, kita berhitung dulu,” paparnya.
Kendati demikian, dr. Boy mengungkapkan, sejauh ini kebutuhan dokter saat ini bisa dibilang “cukup”. “Soal dia datang terlambat itu wajar lah. Karena dokter itu bekerja atau praktek di tiga tempat dan itu halal sesuai peraturan kedokteran,” kata dia
Dia juga menyampaikan, kebutuhan dokter umum menurut BPJS itu perbandingannya 1: 5000. “Tapi untuk spesialis itu tergantung daerahnya masing-mas8ng. Lengkap tidak sarana prasarana rumah sakit daerahnya,” tukasnya. (*).