oleh

894 Hektar Sawah di Lampung Utara Rusak

Harianpilar.com, Lampung Utara – Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Lampung Utara (Lampura), mencatat sebanyak 894 hektar (ha) sawah di wilayahnya mengalami kerusakan karena tidak adanya suplai air akibat kemarau yang terjadi. Bahkan, 122 ha diantaranya terancam gagal panen (puso).

Kepala Distanak Lampura Sofyan, menjelaskan jika jumlah sawah yang mengalami kerusakan, tersebar di 15 Kecamatan dari 23 Kecamatan yang ada di Lampura.  Dijelaskan, jumlah sawah yang rusak dibagi menjadi tiga kategori, yakni rusak ringan, sedang dan berat. Dimana, Blambangan Pagar merupakan Kecamatan yang paling luas mengalami kerusakan sawah, yakni rusak ringan 100 ha, rusak sedang 50 ha, dan terancam puso seluas 70 Ha. Kemudian disusul Kecamatan Abung Selatan, dengan rincian 25 Ha rusak ringan, 38 Ha rusak sedang dan 52 Ha terancam puso.

“Kami terus melakukan berbagai tindakan pencegahan agar lahan sawah yang masuk katagori kekeringan sedang dan ringan tidak mengalami puso,”ujar Sofyan, kemarin (5/8/2015). Upaya pencegahan tersebut diantaranya dengan pompanisasi.

“Kita manfaatkan setiap sumber air di sekitar areal persawahan, seperti air sungai sumur atau sumber lainnya ditarik dengan pompa untuk mengairi areal persawahan,” jelasnya.

Lebih lanjut Sofyan menambahkan, Pemkab telah lama mempersiapkan atau mengantisipasi musim kering dengan berbagai macam pola penerapan, agar sawah dapat diasup air melalui cara pompa air dan lainnya.

”Untuk petani yang tidak memiliki pompa air, solusi sementara adalah dapat meminjam kepada kelompok tani lainnya yang berdekatan,” jelasnya.

Saat ini, Distanak tengah mengambil langkah agar sawah para petani dapat terus dialiri air,  namun jika sungai atau sumber air pun kering maka kekeringan total pun tidak dapat terelakan,”Kami sudah mempersiapkan 27 unit pompa air. Selain itu ada juga swadaya dari masyarakat,”tukasnya.

Untuk diketahui, para petani yang berada di Desa Sidokayo, Abung Tinggi, Lampura  keluhkan kekurangan sumber air, dan hama penyakit mulai menyerang pada yang baru tertanam. Endang (58) Warga Desa Sidokayo, Abung Tinggi  mengatakan untuk mengatasi kekurangan air dipersawahan mereka yang berada di lereng bukit barisan itu, warga terpaksa mengunakan sistem buka tutup untuk mendapatkan sumber air secara bergiliran.

“Kemarin kami sudah gotong royong membenarkan saluran air disini. Itu juga harus bergiliran untuk bisa mendapatkan airnya,” ujarnya.

“Selain itu, dilanjutkannya, keluhan para petani padi sawah ini semenjak musim kemarau selain kurang sumber air mereka juga dibuat repot untuk mengatasi hama ulat,”Karena airnya kurang jadi padi yang baru ditanam ada yang sudah dimakan ulat,” keluhnya.

Selain dari hama ulat dan belalang juga terlihat daun padinya yang telah mongering,”Penyakit padi pada musim ini banyak selain dari hama, juga ada ulat, belalang dan ini mungkin karena kurangnya sumber air, makanya padi  ini terlihat kering,”pungkasnya. (Iswan/Yoan/JJ)