oleh

FKPPIB Pertanyakan Pencairan Hold Amount Nasabah BRI Gedongtataan

Harianpilar.com, Bandarlampung – Para karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Way Berulu, Cabang Pringsewu, sekaligus sebagai nasabah BRI yang tergabung Pengurus Forum Komunikasi Putra Putri Indonesia Bersatu (FKPPIB), mempertanyakan kepastian pencairan dana tertahan (Hold Amount) di BRI Cabang Pringsewu. 

Hal tersebut terungkap saat gelar pertemuan antara karyawan/nasabah dan pimpinan BRI Cabang Pringsewu, di kantor unit pembantu Gedongtataan, Selasa (26/3). 

Dalam pertemuan itu, Pimpinan Cabang Bank BRI Pringsewu Syarifudin mengapresiasi kehadiran para nasabah untuk selanjutnya dikaji lebih dalam. 

“Kehadiran kami bersama tim audit akan merekap data debitur tahun 2016-2017 yang masih belum dapat terbuka untuk dikaji lebih dalam kebenarannya,” ungkap Syarifudin. 

Menanggapi apresiasi Syarifudin, Ketua Harian FKPPIB Alian Bukhori menyayangkan sikap pimpinan BRI Cabang Pringsewu yang terkesan enggan penyelesaikan persoalan nasabah ini. 

“Melihat perkembangan permasalah ini, kami mengapresiasi langkah Syarifudin pimpinan Cabang Bank BRI Pringsewu jajarannya turun ke lapangan jemput bola berdiskusi dengan nasabah terkait dana tertahan direkening Bank BRI. Bisa dibilang ini pertemuan yang kedua kalinya,” terang Alinda, Minggu (31/3).

Dimana, sebelumnya pada tanggal 21 Maret 2024 Syarifudintelah bertemu dengan manajemen PTPN I Regional 7 Unit Way Berulu dan nasabah-nasabah yang mengeluh atas pembekuan uang nasabah. 

Dalam pertemuan tersebut, telah disepakati penyelesaian keluhan nasabah secara cepat dan tepat, berdasarkan dokumen-dokumen yang berada di BRI dan/atau PTPN I Regional VII. Adapun BRI telah menyelesaikan seluruh keluhan nasabah dimaksud, kutipan statmen yang terpublikasikan pada media online.

“Statmen Muh. Syarifudin berkesan ambigu dikatakan telah menyelesaikan seluruh keluhan nasabah akan tetapi masih ada pertemuan lanjutan dengan nasabah yang belum terselesaikan merupakan karyawan Unit Way Berulu, singkat kata ini permasalah ini belum selesai, toh masih ada yang ditemui dan nasabah belum mendapatkan haknya,” tegas Alinda.

Alinda menyayangkan sikap BRI yang terkesan mengulur waktu, padahal transaksi di BRI sudah menggunakan sisitem digital. 

“Kami sangat menyangkan manajemen sekelas Bank BRI membuka data nasabah lima tahun kebelakang membutuhkan waktu lama, bukannya transaksi telah menggunakan digitalisasi, ataukah memang di Unit Pembantu Bank BRI masih menggunakan sistem manual,” jelasnya. 

Alinda juga mengurai permasalahan ini dan sebagai data pihak manajemen Bank BRI. Pertama, karyawan PTPN I Regional 7 Unit Way Berulu, Kreditur (peminjam) dengan fasilitas KUPEDES yang terkolektif oleh Koperasi Ruwa Jurai Unit Way Berulu.

Kedua, peran koperasi Ruwa Jurai Unit Way Berulu memberikan pedampingian pada karyawan yang akan mengajukan pinjaman dan melakukan penarikan angsuran nasabah meskipun pembayaran sudah dilakukan dengan skema Pay roll. 

Ketiga, pinjaman tersebut nasabah dikenakan saldo tertahan (Hold Amount) yang jumlah sesuai dengan pembayaran satu bulan angsuran. Saldo tertahan ini yang fungsi awalnya untuk satu kali angsuran, digunakan untuk pembayaran angsuran bila perusahaan mengalami keterlambatan pembayaran salary karyawan. 

Keempat, saldo tertahan yang bisa dicairkan apabila pinjaman nasabah lunas atau Top Up sama dengan halnya nasabah secara otomatis menabung dengan sistem sama persis dengan deposito. 

“Definisi deposito adalah simpanan yang pencairannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu,” jelasnya.  

Kelima, dana tertahan nasabah hanya mendapatkan uang pokok tidak berikut bunga deposit, padahal uang tersebut disimpan dan dikelola oleh Bank BRI sehingga sudah sepatutnya terhadap dana tertahan harus diberikan bunga setara dengan bunga deposito sebagaiman ketentuan Suku Bunga Bank Indonesia.

Keenam, Dana tertahan juga tidak otomatis dapat dicairkan perlu melakukan konfirmasi kepada pihak Bank dan Koperasi. Dan berdasarakan fakta dilapangan diduga dalam setiap pengajuan kredit, nasabah yang cair dari Bank-BRI Unit Gedong Tataan nasabah memberikan tanda terimakasih kepada pengurus koperasi dengan jumlah beragam.

“Kami berharap pertemuan kali kedua dapat mempercepat penyelesaian permasalahan, jangan sebaliknya membuka celah memperpanjang waktu dan birokrasi. Nasabah butuh kepastian dan percepatan. Dan perlu diingat dana dibutuhkan untuk keperluan menjelang Idul Fitri 1445 H,” harapnya.

Mirisnya, kata Alinda, di tengah permasalahan ini, dimana buruh anak perusahaan BUMN menunggu kepastian dapat menarik dana milik mereka untuk keperluan Ramadhan dan Idul Fitri 1445, dengan Region Head Bank BRI Bandarlampung bagi bagi 1500 paket sembako. 

”Kami ini karyawan kecil mas enggak ngerti harus gimana lagi yang pasti woh-woh duwur sing ngurus, (orang-orang atas yang urus) semoga cepat selesai, sebelum lebaran”, ungkap karyawan yang tidak ingin identitasnya disebutkan. (*).