Watak seseorang memang sulit untuk ditebak. Seseorang disetiap waktu bisa menunjukkan sikap dan prilaku yang berubah-ubah dan berbanding terbalik dengan watak aslinya. Bahayanya manusia bisa saling mengelabui satu sama lainnya dengan bermain watak.
Tingkat bahaya pemain watak semakin mengerikan di zaman serba canggih saat ini. Sebab seseorang bisa dengan cepat dan mudah menipu masyarakat secara kolektif dengan bermain watak melalui pencitraan di media sosial dan media massa.
Seorang politisi berwatak arogan, angkuh, dan serakah bisa dengan mudah meraih kekuasaan dengan menipu pemilih dengan bermain watak melalui pencitraan sebagai seorang yang penyayang, rendah hati dan rajin berbagi. Seorang politisi yang berwatak culas dan pemalas bisa menjadi wakil ribuan rakyat di parlemen hanya dengan bermain watak melalui pencitraan sebagai seorang yang jujur, tulus dan pekerja keras.
Masyarakat baru akan mengetahui watak asli seseorang setelah orang tersebut duduki dikursi kekuasaan dan menyalahgunakan kekusaanya. Masyarakat baru akan terkaget-kaget melihat watak asli seseorang setelah orang itu memiliki kekuasaan untuk mengeruk uang rakyat tapi mencitrakan diri sebagai orang yang jujur dan sederhana.
Itulah mengapa Abraham Lincoln yang menjadi Presiden Amerika Serikat 155 tahun lalu sudah memberi tahu bahwa
“Untuk mengetahui karakter asli seseorang maka berilah dia kekuasaan”.
Artinya, jika seorang yang bijaksana akan terlihat sikap bijakanya ketika dia berkuasa, seorang yang lemah lembut akan terlihat sikap lemah lembutnya saat berkuasa. Seorang yang pekerja keras akan terlihat sikap uletnya saat berkuasa.
Tapi dizaman serba canggih saat ini, perlu berhati-hati dengan pemain watak, karena pemain watak bisa menipu dengan pencitraan. Nilailah secara obyektif watak pemimpin mu saat ini, dan jika dia seorang pemain watak maka hukum-lah dia dengan tidak memilihnya lagi…Wassalam. (*)