oleh

Membongkar ‘Borok’ Bappeda Pringsewu

 Harianpilar.com, Bandarlampung – Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) merupakan ‘ting-teng’ bagi daerah dalam melakukan pembangunan. Namun, apa jadinya jika di Bappeda sendiri justru disinyalir menyimpan ‘borok’ berupa ketidakwajaran anggaran.

Seperti yang terjadi pada Bappeda Kabupaten Pringsewu. Dari penelusuran dan dokumen yang diperoleh Harian Pilar. Terdapat banyak anggaran di Bappeda Pringsewu yang cenderung irasional.

Seperti pada kegiatan belanja cetak (buku, formulir, sertifikat, leaflet, brosur, undangan, poster, cover dan banners). Terdapat belasan kegiatan ini dengan nilai cukup besar.

Diantaranya belanja cetak (buku, formulir, sertifikat, leaflet, brosur, undangan, poster, cover dan banners), dengan spesifikasi cetak buku sanitasi kabupaten Pringsewu (300 buku) dan cetak newsletter (600 lembar) yang menelan anggaran Rp81.000.000.

Padahal biaya cetak buku dengan kualitas baik hanya berkisar pada harga Rp40 ribu hingga Rp50 ribu/buku. Seperti pada percetakan PoD atau Print on Demand untuk mencetak 300 buku dengan 500 halaman, dengan spesifikasi bookpaper 55 gsm atau HVS 70 gsm, ukuran 13 x 19 cm, termasuk biaya cover, laminasi Clcover, jilid lem panas, bungkus plastik (wrapping). Hanya sekitar Rp40 ribu/buku hingg Rp50 ribu. Jika jumlah halaman kurang dari 500 lembar buku maka harganya akan lebih murah lagi. Artinya jika mencetak 300 buku makanya biayanya hanya sekitar Rp15 juta.

Pada percetakan buku lainnya, yakni percetakan KBM Indonesia, dengan spesifikasi hasil cetakan ukuran bisa A5, B5, B6, A4, Folio, A3 dll, kertas isi bookpaper, HVS dan artpaper, kertas sampul Ivory dan art paper, jenis sampul hardcover dan softcover, hasil cetakan BW (Hitam Putih) dan FC (Full Warna), buku di bungkus plastik (srink), buku di jilid binding lem perekat yang tak mudah terbelah /patah. Dengan jumlah halaman 500 halaman, harganya juga hanya Rp49.500 hingga Rp50 ribu/buku.

Begitu pun untuk mencetak newslatter (bentuknya bisa jurnal, buletin, majalah atau sejenisnya). Biaya cetaknya jauh lebih murah dari buku, bahkan dengan kualitas terbaik biayanya kurang dari Rp25 Ribu/buah. Artinya biaya untuk cetak 600 newslatter hanya sekitar Rp15 juta.

Sementara Bappeda Pringsewu untuk cetak buku sanitasi kabupaten pringsewu (300 buku) dan cetak newsletter (600 lembar) menghabiskan anggaran Rp81.000.000. Meski dipotong dengan PPH/PPN sebesar 12,5 persen, tetap anggaran itu tidak wajar.

(BERITA SELENGKAPNYA BACA DI SURAT KABAR HARIAN PILAR EDISI SENIN 24 FEBRUARI 2020). (Tim/Sairun/Maryadi)