oleh

Kasus Dana BOS SDN 4 Merak Batin Terus Bergulir

Harianpilar.com, Lampung Selatan – Kasus Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Dasar (SD) 4 Merak Batin, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan kian meruncing.

Menurut salah seorang dewan guru yang tidak mau ditulis namanya mengatakan pada pencairan Dana BOS termin pertama sekitar Rp54 juta, hanya dibelikan papan nama sekolah saja sekitar Rp2 juta.

Sedangkan sisa uang lainnya tidak mengerti dipergunakan untuk apa saja. “Semua dewan guru bahkan bendahara sekolah tidak tahu kegunakan dana BOS tersebut. Karena begitu dana tersebut cair, bendahara sekolah tidak menerima uang tersebut. Semua dikuasai oknum Kepala SDN 4 Merak Batin Rustini,” tegasnya.

Kemudian pada pencairan Dana BOS kedua sebesaRp37 juta juga sama. Semua dewan guru, termasuk bendahara tidak mengetahuinya.

“Dana tersebut tidak jelas peruntukkannya. Bahkan parahnya lagi sekolah yang dipimpin Rustini mempunyai banyak utang<” tukasnya, Minggu (09/09/2018).

Dia menjelaskan sekolah mempunyai utang di salah satu toko bangunan milik Jaidan sebesar Rp2.262.000. Kemudian, ongkos tukang sebesar Rp600.000.

baju seragam batik untuk kelas 1 sebanyak 30 siswa sebanyak 1.700.000 juga sampai Selasa (04/09/2018) belum juga dilunasi.

Bahkan dana BOS diduga dikelola oleh oknum kepala sekolah sendiri, tanpa melibatkan bendahara sekolah.

Akibatnya beberapa dewan guru pada Senin (03/09/2018) melakukan aksi mosi tidak percaya kepada Rustini.

Untuk meredam aksi tersebut agar tidak meluas, Rustini melakukan rapat dewan guru pada Selasa (04/09/2018) di ruang perpustakaan.

Rustini mengatakan pihaknya melakukan pembenahan terhadap beberapa hal. Diantaranya melakukan perbakan dinding kelas karena banyak yang sudah mengelupas. “Begitu saya masuk enam bulan yang lalu, dinding kelas sudah banyak sudah mengelupas. Kontan saja saya memanggil tukang untuk mengerjakan dinding yang rusak tersebut. Dan membeli beberapa kebutuhan peralatan untuk perbaikan sekolah tersebut,” katanya.

Dia mengakui bahwa tindakannya tanpa melibatkan Ketua Komite sekolahan setempat. “Untuk perbaikan tersebut saya memeng tidak melibatkan Komite Sekolah. Saya akui kalau itu salah,” katanya.

Lebih lanju dia mengakui bahwa mempunyai utang di took bangunan milik Jaidan sebesar Rp2.262,000 dan uoah tukang sebesar Rp600.000.

Sedangkan uang seragam batik itu murni uang saya pribadi, karena untuk member momotivasi agar kedepan anak yang masuk ke sekolah yang dipimpinnya lebih banyak lagi. “Itu murni uang saya,” katanya. (Mar)